Bandara Beijing Capital: Punggung Naga dan Warna Keberuntungan

Photo by Foster and Partners

Airportman.id – Bandara Internasional Hong Kong (HKG) yang berdiri megah sejak tahun 1998 menciptakan standar baru bagi desain bandara modern, terutama perancangan terminal penumpang. Para arsitek bandara melihat terminal penumpang idealnya seperti Bandara Hong Kong: Diselubungi kaca tinggi disemua sisi, struktur baja yang tipis, desain atap mengalir bagaikan sayap pesawat, dan interior plain namun fungsional. Paling utama adalah kemudahan orientasi bagi pengguna bandara, integrasi antar moda transportasi, dan kemudahan dalam perawatan serta biaya pengoperasian yang efisien.

Performa Bandara Hong Kong yang dianggap memuaskan membuat Biro Konsultan Foster+Partner kembali ditunjuk untuk mendesain Bandara Internasional Ibukota Beijing khususnya Terminal 3 pada awal tahun 2000. Sedikit berbeda dengan desain bandara Hong Kong yang sangat international style, kali ini Norman Foster menambahkan keunikan budaya Cina sehingga membuat terminalnya terlihat seperti punggung naga merah yang bersisik.

Beijing saat ini memiliki tiga bandara dimana dua diantaranya berukuran sangat masif. Antara lain Bandara Internasional Beijing Capital (PEK) terletak di timur laut pusat kota Beijing, Bandara Internasional Beijing-Daxing (PKX) terletak di sisi selatan, dan Bandara Nanyuan-Beijing (NAY) untuk melayani penerbangan domestik juga di sisi selatan. Dua bandara internasional ini didesain oleh arsitek-arsitek kaliber dunia. Bandara Internasional Beijing-Daxing didesain oleh Zaha Hadid dan Bandara Internasional Beijing Capital Terminal 3 oleh Norman Foster.

Bandara Internasional Beijing Capital yang juga disingkat BCIA mampu mengakomodasi pergerakan penumpang lebih dari 75 juta penumpang setiap tahun. Terminal 3 dibangun tahun 2004 dan selesai empat tahun kemudian untuk mendukung perhelatan Olimpiade Musim Panas Beijing 2008. Periode pembangunan bandara ini tergolong cepat dengan melihat begitu luasnya terminal penumpang serta lengkapnya fasilitas di dalamnya.

BCIA memiliki tiga landas pacu berukuran panjang 3.800 meter lebar 60 meter, lebih dari seratus aircraft stand, 7.000 slot parkir di T3 saja, dan luas terminal penumpang hampir 1 juta meter persegi (hanya Terminal 3). Beragam fasilitas termutakhir pada sistem IT, sistem elektronika bandara, dan sistem lainnya menjadikan BCIA sebagai layanan bandara paling modern serta efisien saat itu.

Pada tahun 2019 sebelum pandemi covid, BCIA tercatat telah melayani 100 juta penumpang atau jauh melebihi kapasitas maksimumnya. Namun untungnya pembangunan bandara baru di selatan Beijing, Bandara International Beijing Daxing telah rampung sehingga dapat segera berbagi trafik penumpang dengan BCIA.

Bangunan terminal penumpang membujur dari utara-selatan di antara dua runway. (Foto oleh Foster and Partners)

Konsep bentuk massa bangunan yang digunakan pada Terminal 3 adalah pembagian main processor menjadi dua bagian masing-masing memiliki tiga pier atau juga disebut finger pier dimana salah satu piernya terhubung dengan pier dari massa bangunan lainnya. Dua main building ini dihubungkan oleh APM (Automation People Mover) sepanjang dua kilometer. Pemecahan massa bangunan menjadi dua ini menjadi penting untuk mengurangi kepadatan hingga 300.000 penumpang perhari dan menambah aksesibilitas menuju terminal menjadi dua arah, dari utara dan selatan. Bandingkan dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK) yang hanya memiliki satu akses highway road menuju Terminal 1 hingga Terminal 3, akan sangat riskan jika terjadi kemacetan sehingga mengganggu kelancaran menuju bandara.

Seperti desain bandara sebelumnya, Norman Foster memilih desain atap melengkung bagaikan sayap pesawat. Desain atap ini dianggap sangat efisien dari sisi kekuatan, proses konstruksi hingga saat pemeliharaan. Penutup atap lengkung berwarna terakota ditopang oleh struktur space truss di keseluruhan dimensi atap. Struktur ini membuat atap terminal terlihat lebih tipis dibandingkan jika menggunakan jenis lain. Seperti pada ciri khas langgam hi-tech architecture yang ia populerkan, struktur atap ini dibiarkan semi terbuka dengan pemasangan stripes ceiling. Stripes ceiling membuat perawatan menjadi lebih mudah karena model semi terbuka ini kita dapat mengidentifikasi kebocoran atau kerusakan di atap terminal dengan cepat. Space truss dilabur warna merah sehingga walaupun telah ditutup stripes ceiling, struktur berbentuk gabungan segitiga ini masih terlihat dan memberikan kesan megah.

Ceiling dan kolom pada gedung terminal Bandara Beijing Capital (Foto oleh Foster and Partners)

Pemilihan warna merah jarang keluar dari desain seorang Norman Foster. Arsitek kebangsaan Inggris ini lebih memilih warna-warna netral seperti putih, abu muda bahkan warna bahan aslinya seperti warna beton atau metal aluminium. Alasannya cukup logis karna warna netral dapat memantulkan cahaya matahari di dalam bangunan sehingga mengurangi kebutuhan cahaya artifisial. Warna-warna netral juga dipilih agar menghasilkan tampilan lebih monumental dan mengesankan kebaharuan. Namun untuk project ini Foster berkompromi dengan pemberi tugas dalam hal pemberian warna merah pada bangunan.

Tidak hanya pada struktur atap, warna merah juga terlihat pada jajaran kolom-kolom sisi luar bangunan. Kolom merah langsung mengingatkan kita pada tiang-tiang di Forbidden City Palace yang berusia hampir 600 tahun. Namun kolom di dalam terminal tetap dibiarkan berwarna putih netral. Warna merah dalam mitologi Cina memberikan arti keberuntungan, harapan dan kejayaan.

Kolom eksterior yang berwarna merah berpadu dengan dinding kaca yang melengkung. (Foto oleh Foster and Partners)

Kebutuhan pencahayaan alami sangat diperlukan di bangunan terminal bandara sehingga langit-langit terminal perlu dibuat cukup tinggi hingga 20 meter. Selain menghemat penggunaan energi listrik juga sangat membantu  penumpang dalam berorientasi di dalam terminal BCIA yang setara dengan luas tiga kali Terminal 3 CGK. Dirasa belum cukup, desainer menambah puluhan bukaan berbentuk segitiga di atapnya untuk memasukan cahaya alami. Penutup bukaan ini berupa atap segitiga runcing dan dari kejauhan terlihat seperti sisik punggung naga dalam kisah mitologi Cina. Simbol naga diyakini oleh masyarakat lokal sebagai lambang kekuatan dan kedigdayaan.

Dengan bentang kolom hingga 50 meter dan tinggi ceiling setara bangunan lima lantai, penumpang akan merasa kecil jika berdiri di dalamnya. Mungkin pengalaman ruang ini yang diinginkan oleh owner seperti ketika kita mengunjungi Forbidden City Palace. Penumpang dapat merasakan kekuatan dari negara super power bahkan ketika baru mendarat. BCIA menjadi salah satu contoh preseden desain bandara dimana konsep teknis : efisiensi energi, less maintenance, functionalism dan konsep budaya tradisional : warna merah dan konsep bentuk punggung naga, dapat dikombinasikan dengan baik.

Picture of Ridwan Harry

Ridwan Harry

Bagikan artikel ini di media sosial Anda:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDIndonesian