Airportman.id – Pada tahun ini Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia telah membuka ijin pelaksanaan ibadah haji setelah dua tahun ditiadakan karena pandemi Covid 19 yang melanda seluruh dunia. Untuk itu Pemerintah Indonesia telah menerbitkan RPH (Rencana Perjalanan Haji) berisi rangkaian tahapan kegiatan ibadah haji mulai dari keberangkatan dari Indonesia ke Tanah Suci hingga kembali lagi ke Indonesia. Jemaah gelombang pertama, dijadwalkan mulai masuk ke asrama haji embarkasi pada 23 Mei 2023. Sehari berikutnya, mereka akan mulai diberangkatkan secara bertahap ke Madinah Al-Munawwarah dengan masuk melalui Bandara King Abdulaziz (JED) di Jeddah. Akhir kepulangan jemaah haji di Indonesia dari Jeddah dijadwalkan pada 16 Muharram 1445/3 Agustus 2023.
Indonesia akan mengirimkan total 221.000 jemaah haji dari total dua juta jemaah haji dari seluruh dunia. Jumlah jemaah haji ini selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya dan prosesi ibadah haji dilakukan dalam waktu yang relatif singkat sehingga dibutuhkan fasilitas pendukung ibadah haji dengan jumlah yang besar dan masif, salah satu diantaranya adalah Terminal Haji di Bandara King Abdulaziz (JED) di Jeddah.
Terminal Haji ini didesain dengan konsep utama yaitu dapat menampung jamaah haji dalam waktu singkat. Kapasitas terminal dalam satu waktu diperkirakan mengakomodasi 50.000 pax untuk jangka waktu hingga 18 jam selama kedatangan dan 80.000 pax untuk jangka waktu 36 jam untuk terminal keberangkatan.
Memiliki gross floor area sekitar 40,5 hektar, terminal ini merupakan terminal dengan struktur tensile kain yang terbesar di duni., terminal ini menyediakan toilet, toko, bangku, dan fasilitas perbankan untuk para jemaah haji. Struktur besar seperti tenda fiberglass berlapis teflon dapat menampung hingga 950.000 jemaah haji pada tahun 1985, dan saat ini jutaan jemaah haji melewati fasilitas tersebut setiap tahun.
Dua puluh satu unit tenda, masing-masing berukuran 45 meter persegi, membentuk satu modul. Terminal terdiri dari 10 modul yang dibagi menjadi dua terminal di sisi timur dan terminal di sisi barat. Jadi, dua unit terminal besar masing-masing terdiri dari 105 tenda. Tenda dihubungkan ke cincin baja yang digantung dari kabel suspensi yang dikaitkan dari tiang tunggal di bagian dalam modul, dari tiang ganda seperti tangga di tepi modul dan dari menara empat tiang di sudut.
Terminal Haji ini didesain oleh Skidmore, Owings & Merrill (SOM) sebagai bagian dari rencana induk untuk pengembangan fasilitas bandara yang lebih luas. Diresmikan penggunaannya oleh Raja Arab Saudi pada tahun 1981. Terminal Haji ini praktis hanya digunakan beberapa bulan saja ketika musim Haji tiba.
Munculnya pesawat wide body seperti Boeing B747 atau DC-10 serta adanay dukungan subsidi dari pemerintah negara muslim diseluruh dunia membuat jumlah jemaah haji melonjak dari rata-rata 50.000 pada tahun 1960 menjadi 500.000 pada tahun 1975.
Dalam persyaratan perancangan terminal ini menyebutkan bahwa bangunan ini harus dapat menampung antara 80.000 dan 100.000 jamaah sekaligus, hingga 36 jam, baik pada saat kedatangan maupun sebelum keberangkatan. Untuk memenuhi tantangan ini, tim desain SOM pada awalnya mengusulkan konsep fasilitas sisi darat terbuka yang dilindungi oleh struktur cangkang beton, tetapi konsep ini tidak dapat diwujudkan karena dibutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit untuk mewujudkannya. Alih-alih beton, tim SOM memilih kain fiberglass berlapis Teflon dari Owens Corning. Kain memantulkan 76 persen radiasi matahari, mempertahankan suhu 27 derajat celcius yang nyaman di bawah struktur tenda bahkan ketika suhu di luar mencapai 50 derajat celcius. Tenda juga dapat memberikan penerangan yang cukup namun nyaman selama siang hari.
Selain untuk menjaga lingkungan yang nyaman, fasilitas tersebut harus memenuhi semua kebutuhan jemaah selama menunggu dalam waktu yang cukup lama. Selain resto dan kafetaria, desainnya antara lain menyediakan area memasak bagi jemaah untuk menyiapkan makanan sendiri, fasilitas wudhu sebelum sholat lima waktu, ruang ganti pakaian ikhram, tempat duduk yang juga dapat menampung tidur siang, dan bahkan area komersial di mana para jemaah haji dapat membeli oleh-oleh.
Meskipun penampilannya sangat modern, tenda-tenda itu mengambil konsep tempat tinggal nomaden vernakular di Jazirah Arab, termasuk tenda-tenda yang menampung para jemaah haji ketika Wukuf. Tim perancang juga bertujuan mengadaptasi konsep tenda ini untuk membangkitkan semangat haji. Seperti yang dijelaskan Khan dalam sebuah wawancara dengan majalah Progressive Architecture, “Ini menciptakan semangat, memberi Anda perasaan tenang dan rasa yang berkesinambungan transisi ke tempat nyata, yaitu Mekah.”
Setelah selesai pada tahun 1981, Terminal Haji ini menerima beberapa penghargaan seperti Penghargaan Nasional AIA, dan Penghargaan Arsitektur Progresif, serta Penghargaan Aga Khan untuk Arsitektur pada tahun 1983. Juri Penghargaan Aga Khan mengatakan ” desain sistem atap yang brilian dan imajinatif dengan menutupi ruang yang luas dengan keanggunan dan keindahan yang tak tertandingi,” Pada tahun 2010 Terminal Haji menerima Penghargaan AIA 25 Tahun, sebagai pengakuan atas pencapaian jangka panjang bangunan tersebut.
Hampir 35 tahun pengoperasiannya, Terminal Haji terus mampu menampung arus jemaah haji tahunan. Terlepas dari usianya, saat ini dua juta jemaah haji melakukan ziarah ke Mekkah setiap tahun, dan hampir semuanya tiba melalui Terminal Haji ini.
Airportman.id adalah sebuah platform media online. Apa yang membuat kami berbeda dengan platform lain adalah kami berfokus pada dunia bandar udara. Komitmen kami adalah untuk memberikan edukasi dan informasi tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan industri, teknologi, ekosistem maupun kegiatan di bandar udara. Airportman.id juga menjadi wadah untuk berdiskusi, menyampaikan uneg-uneg, pendapat, kritik, saran maupun gagasan yang membangun untuk memajukan dunia kebandarudaraan di Indonesia dan dunia.