Bandara London Standsted: Karya Norman Foster dengan Langgam Hi-Tech Architecture

Photo by London Stansted Airport

Airportman.id – Sebagai bandara tersibuk ketiga di Inggris setelah Bandara London Heathrow (LHR) dan Bandara London Gatwick (LGW), pada tahun 2018 Bandara London Standsted (STN) tercatat melayani 28 juta pergerakan penumpang. Pada awalnya bandara ini dibuka untuk umum pada tahun 1940-an dengan jumlah penumpang kurang dari satu juta per tahun. Namun seiring bertambahnya jumlah penerbangan sehingga diperlukan terminal penumpang yang benar-benar baru. Saat itu BAA (British Airport Authority) sebagai operator bandara menunjuk biro desain yang dipimpin oleh Norman Foster untuk mewujudkan impian tersebut. Akhirnya pada tahun 1991 terminal baru hasil desain Norman Foster dibuka untuk umum.

Beberapa challenge dari desain terminal penumpang yang disampaikan saat sayembara desain oleh BAA antara lain kemudahan dalam orientasi penumpang didalam terminal dan penghematan energi. Sebagai bangunan publik bandara harus mudah diakses oleh siapa saja salah satunya dengan kemudahan berorientasi di dalam terminal dan bagi operator terminal harus mudah dalam perawatan dan membutuhkan energi listrik seminimal mungkin untuk mengurangi biaya operasional. Tujuan desain terminal ini sebenarnya berawal dari permasalahan atau isu saat itu dimana terminal semakin besar sehingga penataan ruangan  dan sirkulasi semakin rumit serta semakin boros energi.

Dari isu dan tujuan yang dipersyaratkan oleh BAA ini, Norman Foster mengajukan dua konsep utama desain antara lain memindahkan semua fungsi-fungsi utilitas ke lantai dasar bangunan dan pengaplikasian langgam/style hi-tech architecture pada interior, struktur dan  façade atau muka bangunan.

Saat itu peralatan pengkondisian udara pada umumnya diletakkan di atas atap terminal namun Norman Foster mencoba terobosan baru dengan memindahkan semua peralatan utilitas seperti sistem pengkondisian udara (air handling unit, chiller, ducting dll), Baggage Handling System hingga sistem jalur kereta api ke lantai dasar bangunan. Cara ini juga membuat ruangan di lantai utama dimana terdapat area check-in, security check point, boarding gate dan baggage reclaim hall menjadi sangat fleksibel penyusunannya dan atap bangunan dapat dibuat menjadi sangat ringan dengan memaksimalkan banyak bukaan untuk memasukan cahaya matahari alami. Selain itu orientasi pengunjung terminal juga lebih mudah. Mereka dapat melihat keempat sisi façade kaca terminal sehingga memudahkan ketika mencari arah.

Dengan pemindahan sistem utilitas ke lantai dasar terminal juga menghasilkan konsep alur pergerakan penumpang yang lebih sederhana. Penumpang datang turun dari kendaraan di kerbside masuk ke dalam terminal kemudian ke area check-in, security check point, boarding gate dan langsung menuju pesawat di satellite terminal tanpa harus berputar-putar karena terhalang ruangan komersial atau naik turun tangga travelator. Norman Foster kemudian menyebut desainnya ini seperti bandara pada jaman penerbangan awal:  “The earliest airport buildings were very simple: on one side there was a road and on the other a field where aircraft landed into the wind.”

Konsep kedua dari Norman Foster untuk menjawab tantangan BAA adalah penggunaan gaya hi-tech architecture yang diaplikasikan pada desain façade, interior dan struktur bangunan.

Langgam hi-tech architecture adalah suatu langgam atau gaya dalam desain arsitektur yang populer sejak tahun 1970-an di Inggris. Gaya ini dipopulerkan oleh arsitek kenamaan Inggris seperti Norman Foster dan Richard Rogers. Ciri khas dari gaya ini adalah penggunaan material modern seperti baja, aluminium dan kaca, material yang memberikan kesan tipis dan ringan,  struktur bangunan yang diekspos dan ekspresif, desain façade yang halus, pemilihan desain interior yang minimalis dan fleksibel namun tetap memperhatikan aspek fungsional serta penggunaan teknologi bangunan terbaru terutama untuk sistem struktur. Contoh bangunan dengan gaya ini antara lain Lyold Buildings, HSBC Hong Kong Headquarters, Pompidou Center, dll.

Desain façade terminal yang transparan sehingga memperlihatkan pergerakan pesawat dari sisi kerb side keberangkatan. (Foto oleh Nigel Young via Dezeen)

Pada façade bangunan, Norman Foster mengaplikasikan keempat sisi terminal diselubungi oleh material kaca. Penggunaan kaca ini memberikan kesan modern pada jamannya. Tidak hanya itu penggunaan material kaca berguna untuk mengurangi penggunaan lampu di siang hari dan untuk mempermudah orientasi penumpang. Potensi adanya panas matahari berlebih yang masuk ke dalam terminal diantisipasi dengan penggunaan kantilever yang lebar di keempat sisinya.

Sketsa terminal Bandara London Standsted oleh Norman Foster yang memperlihatkan atap yang ringan, kemudahan orientasi, memasukan banyak cahaya matahari dan fungsi utilitas dipindahkan ke lantai bawah. (Sumber: Dezeen)

Dengan pemindahaan peralatan-peralatan yang berat dan besar ke lantai dasar terminal membuat struktur atap dapat dibuat setipis dan seringan mungkin. Struktur yang ringan ini juga tidak terlepas dari desain atap terminal yang cenderung datar, tipis dan ringan dengan material yang diekspos. Dengan menggunakan material baja, struktur kolom atap dibuat menyerupai ranting pohon. Desain struktur yang ekspresif ini merupakan salah satu ciri dari hi-tech architecture. Kolom tidak hanya didesain sebagai tiang penyangga atap yang membosankan namun juga bisa menjadi elemen desain yang estetis. Untuk memberikan kesan yang ringan masing-masing kolom struktur dipecah menjadi empat kolom silinder yang lebih tipis dan di sisi atasnya didesain menyerupai piramida terbalik.

Pencahayaan interior terminal Bandara London Stansted menggunakan lampu sorot yang diarahkan ke langit-langit. (Sumber: The Train Line)

Desain atap menggunakan konsep atap datar dengan banyak bukaan untuk memasukan cahaya alami. Atap didesain sangat minimalis dan dengan material aluminium atau metal tipis untuk memberikan kesan ringan dan modern. Untuk tata cahaya pada malam hari, lampu-lampu tidak digantung dilangit-langit namun dipasang pada pangkal kolom struktur, lampu disorot ke atas dan memantul dari langit-langit. Pencahayaan tidak langsung ini memberikan kesan atap melayang dan modern saat itu.

Kolom struktur atap terminal yang terintegrasi dengan sistem ME seperti tempat untuk menaruh lampu, diffuser ac, tangga darurat, screen monitor, talang air. Atap model lengkung dimana lengkung tertinggi untuk memasukkan cahaya matahari dan lengkung terendah sebagai drainase. (Sumber: Dezeen)

Tidak hanya itu, kolom-kolom struktur juga dimanfaatkan sebagai tempat untuk mengintegrasikan sistem mekanikal, elektrikal, IT bandara yang lainnya seperti sebagai tempat diffuser AC, speaker, tangga darurat, talang air dll. Dengan menggabungkan fungsi-fungsi mekanikal dan elektrikal pada tiap-tiap kolom menjadikan interior bandara menjadi lebih clean dan fleksibel secara penataan ruang.

 
Picture of Ridwan Harry

Ridwan Harry

Bagikan artikel ini di media sosial Anda:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDIndonesian