Airportman.id – Global Reporting Format (GRF) merupakan format pelaporan bahasa standar global untuk menilai kondisi permukaan landas pacu atau runway yang secara bersamaan juga meningkatkan penilaian awak pesawat tentang kinerja pesawat pada saat lepas landas dan mendarat. GRF dikembangkan oleh ICAO dengan tujuan untuk memitigasi atau mengurangi risiko tergelincirnya pesawat udara di landas pacu atau yang biasa kita kenal dengan runway excursion. Mulai tanggal 4 November 2021, ICAO mewajibkan seluruh operator bandara di dunia, termasuk Indonesia, untuk mengimplementasikan Global Reporting Format (GRF).
Dalam artikel kali ini, akan dibahas mengenai implementasi GRF di Indonesia yang merupakan negara tropis atau tanpa adanya musim salju.
Operator bandar udara menilai kondisi permukaan landas pacu setiap kali terdapat perubahan yang signifikan pada permukaan landas pacu karena adanya kontaminan. Kontaminan yang dimaksud adalah air, salju, lumpur salju, es dan embun beku. Hasil penilaian tersebut akan dimasukkan kedalam sebuah format Laporan Kondisi Landas Pacu atau Runway Condition Report (RCR). Dari hasil penilaian tersebut dapat digunakan oleh awak pesawat untuk memperhitungan kinerja pesawat udara pada saat lepas landas (take off) dan mendarat (landing).
Perubahan kondisi landas pacu dianggap signifikan apabila :
Gambar di atas adalah format laporan RCR untuk bandara yang tidak memiliki musim salju, terdiri dari dua bagian utama yaitu Bagian Perhitungan Kinerja Pesawat Udara (Aeroplane Performance Calculation Section) dan Bagian Kewaspadaan terhadap Perubahan Situasional (Situational Awareness Section). Informasi yang perlu diisi dalam laporan adalah sebagai berikut :
Contoh : WIII untuk Bandara Soekarno-Hatta
Contoh : Penilaian dilakukan pada 19 November pukul 10.20 WIB atau 03.20 UTC, sehingga penulisan pada kertas kerja adalah 11190320.
Contoh : Penilaian dilakukan pada landas pacu dengan designation runway 13-31, maka yang dituliskan adalah 13.
Contoh : Pada saat penilaian, kondisi sepertiga bagian pertama landas pacu tergenang air dengan kedalaman 4 mm, sepertiga bagian kedua dan ketiga kering. Maka penulisan laporan adalah 5/6/6 (disilang pada check box RWYCC sesuai kodenya).
Contoh : Pada saat penilaian, kondisi sepertiga bagian pertama landas pacu tergenang air dengan kedalaman 4 mm, sepertiga bagian kedua 6 mm dan ketiga 10 mm. Sehingga format yang dilaporkan adalah 04/06/10.
Contoh : WET/WET/STANDING WATER
Contoh : 30
Berikut adalah beberapa poin yang perlu dicermati pada kondisi tertentu :
Bandara I Gusti Ngurah Rai pada tanggal 23 Oktober 2021 pukul 19.30 WITA atau 11.30 UTC terjadi hujan lebat. Runway Designation Number Bandara I Gusti Ngurah Rai adalah 13-31. Setelah dilakukan penilaian diperoleh bahwa sepertiga pertama landas pacu seluruh bagiannya basah dengan kedalaman air 1-2 mm, sepertiga kedua landas pacu seluruh bagiannya basah dengan kedalaman air 1-2 mm dan sepertiga ketiga landas pacu tergenang air dengan kedalaman 6 mm. Sehingga dengan data yang diperoleh tersebut di atas maka laporan yang dibuat sebagai berikut :
Dan format pelaporan RCR-nya adalah sebagai berikut :
WADD 10231130 13 5/5/2 100/100/100 NR/NR/06 WET/WET/STANDING WATER
Pada saat penilaian Operator Bandara wajib untuk terus berkoordinasi terutama dengan BMKG setempat terkait kondisi cuaca atau curah hujan pada beberapa kasus intensitas hujan. Dan dalam melakukan penilaian harus dilakukan dengan cermat dan tepat karena laporan tersebut akan digunakan oleh awak penerbangan melalui ATS (Air Traffic Service) dan AIS (Aerodrome Information Service).
Itulah penjelasan singkat mengenai Global Reporting Format (GRF) yang saat ini sudah mulai diimplementasikan diseluruh bandara di dunia. Jika ada informasi yang kurang atau perlu kami koreksi atau jika ingin berdiskusi silahkan tinggalkan komentar di kolom komentar di bawah artikel ini.
Airportman.id is an online media platform. What makes us different from other platforms is that we focus on the world of airports. Our commitment is to provide education and information about everything related to industry, technology, ecosystems, and airport activities. Airportman.id is also a place for discussion, conveying thoughts, opinions, criticisms, suggestions, and constructive ideas to advance the world of airports in Indonesia and the world.