Airportman.id – Beberapa tahun belakangan Advanced Air Mobility (AAM), eVTOL, dan Vertiport menjadi teknologi yang sedang giat dikembangkan oleh negara-negara maju. NASA, FAA dan banyak perusahaan, baik rintisan (startup) seperti Volocopter dan Lilium hingga perusahaan-perusahaan produsen pesawat terbesar di dunia seperti Airbus dan Boeing berlomba-lomba menjadi yang terdepan dalam teknologi tersebut. Apa itu AAM, eVTOL, dan Vertiport?
Advanced Air Mobility (AAM) adalah konsep baru transportasi udara menggunakan pesawat dengan pesawat Electric Vertical Takeoff and Landing (eVTOL) untuk menggerakkan manusia dan barang dari satu tempat ke tempat lain.
Konsep ini seringkali disebut juga Urban Air Mobility (UAM), karena konsep transportasi ini adalah mengoperasikan dan mengangkut penumpang atau kargo di ketinggian yang lebih rendah di dalam wilayah perkotaan dan pinggiran kota (Urban & Suburban).
Negara yang mengembangkan kemampuan teknologinya dan yang pertama menghadirkan produk AAM mutakhir yang aman, dapat diakses, nyaman, dan tersedia dalam skala besar dapat menjadi pemimpin global. Karena itu, Amerika Serikat melalui National Aeronautics and Space Administration (NASA) dan Federal Aviation Administration (FAA) terus melakukan upaya untuk mengembangkan teknologi tersebut melalui penelitian dan kebijakan terkait.
Uni Eropa bersama dengan European Union Aviation Safety Agency (EASA) juga terus mengupayakan agar industri penerbangan terutama untuk teknologi AAM di Eropa untuk menjadi penggerak utama di tingkat global. Upaya-upaya yang telah dilakukan adalah menyusun regulasi terkait kelaikan udara, operasi dan lisensi pilot, integrasi ruang udara dan juga penelitian dan pengembangan (R&D).
Menurut analisis Deloitte dan AIA, diperkirakan pasar AAM untuk mobilitas penumpang dan kargo di Amerika Serikat akan mencapai sekitar USD 115 miliar pada tahun 2035 atau setara 30% dari pasar kedirgantaraan komersial AS dan 0,5% GDP tahun 2019. Mobilitas kargo diperkirakan akan menjadi yang pertama tumbuh sementara mobiltas penumpang diharapkan mulai dengan perlahan namun mengejar dan melampaui setelah tahun 2035.
Seperti namanya, eVTOL adalah sebuah pesawat bertenaga listrik yang melakukan takeoff dan landing secara vertikal layaknya helikopter dan terbang secara horizontal seperti pesawat pada umumnya.
Konsep eVTOL pertama kali muncul pada sebuah video konsep pesawat Puffin milik NASA pada tahun 2010. Kemudian, muncul pesawat-pesawat konsep lain seperti AugustaWestland Project Zero (Italia), Volocopter VC1 (Jerman) dan Opener BlackFly (Amerika Serikat). Konsep-konsep tersebut diperkenalkan oleh Vertical Flight Society dan American Institute of Aeronautics and Astronautics (AIAA) pada tahun 2014 pada kegiatan “Transformative Vertical Flight Concepts Joint Workshop on Enabling New Flight Concepts through Novel Propulsion and Energy Architectures” yang diadakan di Virginia, Amerika Serikat.
Semenjak itu, perusahaan-perusahaan seperti Airbus, Boeing, Bell dan Hyundai ikut mengembangkan teknologi eVTOL. Pengembangan teknologi tersebut juga diikuti oleh perusahaan-perusahaan startup teknologi lainnya yang ternyata juga memegang peranan penting dan terkadang menjadi yang terdepan secara teknologi.
Sebagian besar desain dari eVTOL nyaris tanpa memakai sayap. Sebagai gantinya eVTOL menggunakan lengan radial sebagai dudukan rotor atau propeller. Namun tidak sedikit pula pengembang eVTOL yang mengkombinasikan antara sayap dan rotor.
Beberapa aplikasi eVTOL antara lain adalah sebagai Taxi Udara yang dikembangkan oleh sebagian besar pengembang seperti Hyundai, Boeing dan Lilium. Mereka mengklaim bahwa eVTOL akan menjadi alat transportasi yang lebih efisien dan cepat dibandingkan dengan transportasi darat.
Selain Taxi Udara, eVTOL akan diaplikasikan sebagai alat pengirim barang, mulai kargo besar dan paket-paket kecil. Perusahaan Jerman, Sabrewing Aircraft Company, tengah mengembangkan pesawat tanpa awak yang direncanakan dapat mengangkut beban hingga 5400 pounds.
Kemudian, eVTOL akan diaplikasikan untuk bantuan medis. Baru-baru ini, Blade Air Mobility sedang mengembangkan eVTOL sebagai alat transportasi organ, yang biasanya hanya membawa sejumlah tenaga medis di dalamnya. Volocopter juga tengah bekerja sama dengan layanan helikopter darurat terkemuka di Jerman untuk mempelajari kelayakan eVTOL untuk kegiatan darurat seperti penyelematan.
Aplikasi lain dari eVTOL adalah untuk kegiatan rekreasi atau wisata. Selain itu kegiatan militer juga sudah banyak menggunakan eVTOL, dalam hal ini Drone.
Vertiport adalah sebuah area yang dirancang sebagai tempat takeoff dan landing pesawat eVTOL secara vertikal, serupa dengan helipad untuk helikopter. Vertiport dapat dibangun di daratan maupun di puncak gedung.
Menurut dokumen FAA berjudul Vertiport Design Standards for Advanced Air Mobility, persyaratan operasional dari fasilitas vertiport di antaranya:
Saat ini ada beberapa perusahaan di dunia yang sedang mengembangkan dan akan membangun vertiport, di antaranya adalah Skyports dan Ferrovial. Selain itu Hyundai bersama dengan Urban-Air Port juga tengah mengembangkan fasilitas serupa dan direncanakan membangun 65 vertiport di Amerika Serikat, Inggris, Eropa dan Asia Pasifik.
Skyports pun dilaporkan akan membangun vertiport uji coba mereka di Cergy-Pontoise Airfiled, Prancis, dalam rangka persiapan gelaran Olimpiade Paris di tahun 2024. Vertiport yang mereka kembangkan akan dilengkapi serangkaian teknologi seperti biometric identity management, Situational Awareness Technology, stasiun pengisian daya listrik untuk eVTOl, dan stasiun cuaca.
Di Indonesia perkembangan Advanced Air Mobility (AAM) belum semasif di negara-negara maju, namun sudah ada perusahaan dan startup yang mulai mengembangkan atau memperkenalkan teknologi tersebut.
Sebuah startup asal Bantul, Yogyakarta, FrogsID, sedang mengembangkan eVTOL yang diberi nama Frogs 282. Frogs 282 merupakan memiliki arti mampu mengangkut 2 penumpang, dibekali 8 mesin dan merupakan generasi ke-2. Pada bulan Maret 2020, Frogs 282 telah melakukan uji terbang perdana di Lapangan Udara Gading, Playen, Gunungkidul, Yogyakarta.
Prestige Image Motorcars milik pengusaha otomotif Rudy Salim juga akan memperkenalkan pesawat eVTOL, namun mereka berperan sebagai importir. eVTOL yang mereka bawa ke Indonesia adalah EHang 216, produksi Guangzhou EHang Intelligent Technology Co. Ltd. EHang 216 dibekali dengan 16 baling-baling yang terpasang di 8 lengan yang dapat dilipat. EHang sendiri sudah dilakukan uji terbang di Klungkung, Bali, pada 26 November 2021.
Jika Indonesia ingin ikut bersaing dalam hal teknologi kedirgantaraan, seharusnya pemerintah harus mulai bergerak. Memang, dalam mengembangkan AAM bukanlah hal yang mudah dan bisa dilakukan dengan serta merta, perlu regulasi, infrastruktur dan sumber daya yang mumpuni.
Diharapkan dengan adanya adanya perusahaan-perusahaan seperti FrogsID dan Prestige Image Motorcars bisa muncul perusahaan-perusahaan lain yang akan mengikuti jejak dan Indonesia tidak tertinggal. Mungkin dalam 5-10 tahun kedepan kita bisa menyaksikan atau terbang menggunakan eVTOL di langit Indonesia. Mari kita nantikan bersama.
Airportman.id adalah sebuah platform media online. Apa yang membuat kami berbeda dengan platform lain adalah kami berfokus pada dunia bandar udara. Komitmen kami adalah untuk memberikan edukasi dan informasi tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan industri, teknologi, ekosistem maupun kegiatan di bandar udara. Airportman.id juga menjadi wadah untuk berdiskusi, menyampaikan uneg-uneg, pendapat, kritik, saran maupun gagasan yang membangun untuk memajukan dunia kebandarudaraan di Indonesia dan dunia.