Bandara Sunan Pyongyang: Satu-satunya Bandara Internasional Milik Korea Utara

Photo by REUTERS/KCNA

Airportman.id – Ketika mendengar Korea Utara yang terlintas adalah negara yang dipimpin seorang yang disegani, tertutup dari pergaulan internasional, dan kerap melakukan provokasi keamanan dengan peluncuran rudal nuklirnya. Korea Utara yang memiliki nama lengkap Democratic People Republic of North Korea adalah negara kecil yang dipimpin oleh seorang pemimpin tertinggi yaitu Kim Jong Un. Meskipun menggunakan nama Democratic of People, Kim Jong Un naik tahta pada tahun 2011 setelah wafatnya Kim Jong Il ayahnya yang juga seorang pemimpin DPRK. Negara-negara lain memberlakukan berbagai sangsi ekonomi dan militer karena beberapa sebab salah satunya adalah program nuklirnya.

Terkucil dari pergaulan internasional sangat berdampak pada tingkat perekonomian negara tersebut. Pada tahun 2019 Gross Domestic Product (GDP) Korea Utara hanya sebesar 35 Triliun Korean Won. Terpaut sangat jauh dengan Korea Selatan yang menghasilkan GDP sebesar 2.000 Triliun Korean Won. Perekonomian yang tidak berkembang ini tentu berdampak pada sektor lainnya seperti transportasi udara yang meliputi bandar udara dan maskapai penerbangan.

Saat ini Korea Utara tercatat hanya memiliki satu bandara yang melayani penerbangan internasional yaitu Bandara Internasional Sunan Pyongyang. Sedangkan untuk bandara domestik Korea Utara hanya memiliki lima bandara yaitu Kalma, Samjiyon, Orang, Sondok, dan Uiju Airport. Sisanya 70 lebih airfield merupakan pangkalan udara yang digunakan sebagai military air base. Korea Utara diduga memiliki hampir seribu jet tempur buatan Uni Soviet yang tersebar di pangkalan tersebut.



Korea Utara hanya memiliki satu maskapai penerbangan yaitu Air Koryo. Maskapai yang terbang sejak tahun 1955 ini adalah maskapai milik negara (state owned company). Saat ini air koryo memiliki 20 pesawat yang didominasi oleh pesawat buatan jaman Uni Soviet yang sudah berumur. Pesawat-pesawat era Soviet yang masih menjadi backbone fleet antara lain Ilyushin Il-18, Tupolev Tu-134, Tu-154, dan Tu-204. Sebagian besar pesawat-pesawat ini hanya melayani rute-rute domestik dan Air Koryo merupakan maskapai terakhir yang menggunakan pesawat jenis ini.

Air Koryo hanya memiliki empat destinasi internasional yaitu tujuan Beijing, Shenyang, Shanghai dan Vladivostok-Rusia. Sedikitnya rute internasional ini disebabkan sangsi larangan terbang dari negara-negara lain yang dikomando Amerika Serikat dan sekutunya.  Maskapai ber-rating bintang satu oleh skytrax ini menggunakan Bandara Sunan Pyongyang sebagai air base-nya. Hanya pesawat jenis Tupolev Tu-204 yang diperbolehkan untuk menerbangi rute-rute internasional.

Pada masa pendudukan Jepang ketika Perang Dunia 2, Ibukota Korea Utara Pyongyang memiliki dua bandara untuk melayani penerbangan militer yaitu Pangkalan Udara Militer Pyongyang dan Bandar Udara Mirin yang terletak di tengah kota. Setelah berakhirnya perang terdapat usulan bandara baru yang lebih besar untuk melayani kebutuhan penerbangan sipil yang kemudian dipilihlah lokasi tersebut di daerah distrik Sunan. Lokasi bandara baru ini terletak sekitar 24 km di sisi utara dari pusat ibukota Korea Utara.

Facade Terminal Bandara Sunan dari Sisi Udara (Sumber: Uwe Brodrecht via Wikimedia Commons)

Bandara Internasional Sunan Pyongyang dapat diakses dari pusat kota Pyongyang menggunakan Pyongyang-Hicheon Expressway atau menggunakan kereta api. Berkendara dari pusat kota hanya memerlukan waktu setengah jam saja melalui expressway ini. Kondisi jalan dapat dipastikan sangat sepi karena kendaraan roda empat hanya dimiliki oleh pengusaha, militer atau anggota partai saja. Jika menggunakan kereta api kita dapat turun di Stasiun KA Sunan kemudian berjalan kaki 1.200 meter menuju bandara dengan menyeberangi sungai Potong.



Bandara Sunan Pyongyang memiliki dua buah runway yang digunakan untuk penerbangan sipil dan penerbangan militer. Untuk penerbangan sipil menggunakan runway dengan nomor 17-35 yang memiliki dimensi 3.425 m x 60 m. Sedangkan untuk penerbangan militer menggunakan runway 01-19 yang berada di sisi utara runway 17-35 dengan dimensi 4.000 m x 60 m. Dua runway ini dihubungkan dengan taxiway yang melintasi sungai Potong. Masing-masing runway ini dilengkapi dengan parallel taxiway, rapid exit taxiway, perpendicular taxiway, dan holding taxiway di kedua ujung-ujung runwaynya. Runway nomor 17-35 terlihat telah dilengkapi ILS (Instrument Landing System) seperti PAPI, glide path, dan localizer. Dari Google Earth fasilitas sisi udara ini terlihat berjenis rigid pavement.

Dengan lebar 60 meter runway nomor 01-19 dapat digunakan oleh beberapa jet tempur untuk take-off secara bersama-sama. Pada tahun 2021 runway ini bahkan pernah digunakan sebagai tempat peluncuran rudal nuklir antar benua terbesar milik Korea Utara jenis Hwasong-17.

Apron bandara memiliki kapasitas 12 parking stand dimana tiga diantaranya adalah contact parking stand. Posisi penempatan pesawat di remote parking stand menggunakan model nose out yang sudah jarang digunakan di bandara-bandara lain di dunia. Di sisi barat yang berseberangan dengan terminal penumpang juga terdapat apron yang juga digunakan oleh maskapai Air Koryo, dari pantauan google earth dapat kita identifikasi pesawat jenis Ilyusin Il-76 candid (Air Koryo mengoperasikan tiga unit untuk penerbangan kargo), Antonov An-12, Tupolev Tu-204, dan Ilyushin Il-18 May.

Line up armada Air Koryo di remote parking stand, terlihat Ilyushin Il-62 bermesin empat buatan Uni Soviet tahun 1970-an. (Sumber: http://www.oldjets.net/)

Terminal penumpang di Bandara ini selesai dibangun pada tahun 2016. Dikutip dari artikel Business Insider, Terminal penumpang yang kemudian diberi nama Terminal 2 ini dibangun diatas terminal 1 atau terminal lama yang dibangun di era Kim Il Sung. Kim Jong Un meresmikan penggunaan perdana terminal ini pada tahun 2015 dengan perayaan yang meriah. Seperti terminal penumpang di bandara modern pada umumnya Terminal 2 memiliki fasilitas yang serupa seperti konter check-in (12 unit), fasilitas security, imigrasi, boarding lounge, area komersial, hingga CIP lounge berbayar. Perbedaannya adalah jika bandara lain selelu dipadati oleh penumpang di bandara ini nyaris tidak terlihat lalu lalang penumpang. Kemungkinan tidak setiap hari di bandara ini ada jadwal penerbangan. Area kerb keberangkatan dibuat dengan model elevated curbside walaupun mungkin ini dirasa belum diperlukan karena trafik penumpang yang tidak terlalu banyak.

Semoga di masa depan Korea Utara dapat berdamai dengan Korea Selatan dan membuka diri terhadap pergaulan internasional sehingga berdampak positif bagi pengembangan bandara-bandaranya serta percepatan pertumbuhan ekonominya.

Ridwan Harry

Ridwan Harry

Bagikan artikel ini di media sosial Anda:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDIndonesian