Douglas DC-3/C-47 Skytrain, Kereta Terbang Andalan Militer dan Maskapai Sipil

Photo by Adrian Pingstone

"Four things won the Second World War-the bazooka, the Jeep, the atom bomb, and the C-47 Gooney Bird."

Dwight D. Eisenhower

Airportman.id – Ungkapan kekaguman Presiden AS, Dwight D. Eisenhower untuk pesawat angkut C-47 Skytrain dari kutipan di atas mungkin tidaklah berlebihan. Suatu pertempuran atau perang (jika skalanya lebih luas) tidak lain adalah tentang bagaimana kedua kubu yang berhadapan untuk tetap mempertahankan kemampuan mengirim suplai logistik dan perlengkapan militernya ke garis depan. Pihak yang dapat mempertahankan kemampuan pengiriman logistik ke garis depan secara kontinyulah yang akan mendapatkan kemenangan. Peran inilah yang telah dilakukan pesawat transport militer Douglas C-47 Skytrain dengan baik.

C-47 secara aktif terlibat mendukung kemajuan pasukan sekutu hilir mudik membawa pasukan, logistik hingga korban perang selama Perang Dunia 2. Salah satunya saat operasi Overlord dimana pasukan sekutu mendarat di Prancis pada Juni 1944 untuk menghantam posisi Nazi Jerman yang kemudian terus dipukul mundur hingga akhirnya menyerah satu tahun kemudian. Dari 133.000 lebih pasukan sekutu gabungan dari Amerika Serikat (AS), Inggris dan 8 negara lain yang mendarat di wilayah Normandie, Prancis, 50.000 diantaranya adalah pasukan terjun payung yang dibawa oleh C-47. Kehandalan C-47 juga terbukti dari jumlah produksinya yang mengungguli pesawat sejenis manapun ketika Perang Dunia 2. Hingga akhir perang Pabrikan Douglas Company di Santa Monica, California telah memproduksi hingga belasan ribu unit. Produksi DC-3/C-47 terus berlanjut untuk memenuhi kebutuhan angkatan bersenjata negara lain dan permintaan maskapai penerbangan komersial.



Sejarah pengembangan DC-3/C-47 dimulai pada tahun 1931 ketika maskapai Amerika Transcontinental and Western Air (TWA) meminta pabrikan Douglas untuk mengembangan pesawat penumpang dengan spesifikasi all metal airplane, tri motor, monoplane bertenaga 500-550 hp, dan berkapasitas 12 penumpang. TWA menginginkan pesawat baru yang dapat terbang lebih jauh dengan membawa penumpang lebih banyak. Penerbangan perdana berhasil dilakukan dua tahun berikutnya walaupun sempat terjadi incident matinya kedua engine Wright Cyclone. Sejak saat itu Douglas mengembangkan DC-1 menjadi DC-2 pada tahun 1934 dan DC-3 dua tahun berikutnya. Dengan fuselage lebih panjang dan sayap lebih lebar dari DC-1, DC-3 mampu mengangkut hingga 21 penumpang dan jarak terbang yang lebih jauh dibandingkan DC-1.

Pesawat ini memiliki dua nama yaitu Douglas DC-3 Dakota (Douglas Aircraft Company Transport) untuk versi sipil dan Douglas C-47 Skytrain untuk versi militer. Di kalangan militer pesawat ini biasa dipanggil gooney bird yaitu burung albatross yang banyak hidup di daerah Pasifik Utara. Perbedaan dengan versi sipil antara lain, kursi penumpang diganti kursi memanjang sepanjang sisi pesawat untuk membawa paratrooper (pasukan terjun payung), perkuatan lantai pesawat, penambahan pintu kargo, penambahan hoist untuk menarik glider hingga penambahan cupola glass di cabin roof.

Ditenagai dua mesin piston Wright R-1820 Cyclone 8 silinder berkapasitas masing-masing 1.100 cc, DC-3 Dakota dapat terbang sejauh 15.000 miles dengan membawa 21 penumpang. Versi militernya dapat mengangkut logistik militer seberat 6.000 pounds setara dengan satu unit jeep atau sebuah meriam tarik kaliber 37-mm. Jika dipergunakan sebagai pesawat angkut pasukan, C-47 dapat dijejali hingga 27 pasukan payung lengkap dengan senjatanya atau dapat membawa 14 tandu pasien dan tiga perawat jika diperuntukan sebagai pesawat ambulan.



Meskipun pada awalnya DC-3 didesain untuk maskapai sipil namun karena bertepatan dengan dimulainya perang dunia 2 maka Douglas Company lebih banyak memproduksi varian militernya, C-47 Skytrain. Total sebanyak 13.000 unit lebih telah diterima US Army Air hingga akhir Perang Dunia Kedua (PD2). 2.000 unit sisanya diproduksi secara lisensi oleh berbagai negara. Salah satunya adalah Uni Soviet memproduksi lokal pesawat ini dan mengganti namanya menjadi Lisunov Li-2. Tidak kurang dari 90 negara pernah mengoperasikan C-47 diantaranya Australia, Belgia, Belanda, Kanada, Italia, Israel, Inggris, Jepang, Prancis, dll.

Angkatan Udara Indonesia mendapatkan puluhan C-47 dari Militairy Luchvaart (Angkatan Udara Belanda) ketika peralihan kekuasaan dari Belanda ke Indonesia pada tahun 1950. Total 29 unit C-47 dioperasikan oleh Skadron Udara 2 yang berkedudukan di Lanud Halim Perdanakusuma. C-47 menjadi tulang punggung AURI untuk mendukung operasi militer di masa damai atau ketika terjadi perang seperti Operasi Penumpasan DI/TII, Operasi Penumpasan Permesta, Operasi Trikora, dan Operasi Seroja. Perannya berakhir ketika AURI menerima C-130 Hercules di era 60-an. AURI juga pernah mengoperasikan versi sipilnya dengan nomor ekor RI-001. Pesawat ini dibeli dari hasil pengumpulan sumbangan rakyat Aceh kala itu. Pesawat yang diberi nama ‘seulawah’ yang berati gunung emas ini dioperasikan oleh penerbang-penerbang AURI untuk mendukung misi kemerdekaan Republik Indonesia. RI-001 pernah beroperasi sebagai pesawat charter di Burma dan Nyanmar dengan logo Indonesian Airways.

Sedangkan untuk versi sipilnya, Douglas Company memproduksi hingga 500 unit. Di Amerika tidak kurang dari 16 maskapai pernah mengoperasikannya seperti TWA, American Airlines, Delta Airlines, United Airlines, dll. Selain itu maskapai dari negara lain yang juga menjadikan DC-3 menjadi armada utama mereka seperti Air France, Cathay Pasific, Indian Airlines, KLM, dll. Garuda Indonesia tercatat mengoperasikan DC-3 sebanyak 22 unit pada awal era 1950-an.

Selama 85 tahun pengabdiannya Douglas DC-3 atau C-47 telah digunakan oleh lebih hampir seratusan negara baik oleh maskapai atau angkatan udara dengan total populasi yang belum dapat ditandingi oleh pesawat sejenis manapun. Pesawat yang dikenal tangguh, fleksibel, mudah pengoperasian dan perawatannya ini masih tetap digunakan hingga kini oleh perusahaan kargo atau diterbangkan sebagai pesawat pribadi.

Ridwan Harry

Ridwan Harry

Bagikan artikel ini di media sosial Anda:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDIndonesian