Airportman.id – Air Traffic Control (ATC) adalah salah satu aspek yang paling penting dalam keselamatan penerbangan. Tanpa ATC, pesawat akan terbang secara acak di langit, memicu risiko tabrakan atau kecelakaan pesawat udara. ATC adalah sistem yang memastikan pesawat terbang pada ketinggian, rute, dan jarak yang tepat untuk menghindari bahaya dan memaksimalkan efisiensi penerbangan.
Sejarah ATC dimulai di Bandara Croydon, London, Inggris pada tahun 1920 saat mereka memperkenalkan Menara ATC pertama di dunia. Menara ATC tersebut utamanya digunakan untuk pemberi petunjuk lalu lintas dan cuaca kepada pilot menggunakan radio.
Sementara di Amerika Serikat, baru pada tahun 1926, Undang-Undang Perniagaan Udara (the Air Commerce Act) mengakui adanya ATC saat Menteri Perdagangan Amerika Serikat kala itu, Herbert Hoover, ditugaskan untuk menetapkan peraturan lalu lintas udara, mensertifikasi pilot dan pesawat, membangun jalur/rute udara (airways), dan mengoperasikan sistem navigasi.
Praktik awal navigasi udara di Amerika Serikat terjadi pada tahun 1929 setelah adanya penerbangan solo nonstop menyeberangi Samudera Atlantik dari New York ke Paris di tahun 1927 oleh Charles Lindbergh. Air Traffic Controller pertama di Amerika Serikat, Archie W. League, seorang pilot sekaligus mekanik bertugas. Namun ATC yang dioperasikan oleh League masih amat sangat sederhana.
Setiap harinya di sebuah lapangan terbang di St. Louis, League harus membawa payung, kursi, buku catatan dan dua buah bendera isyarat, bahkan makan siangnya dalam sebuah gerobak dorong. Ia akan bekerja sepanjang hari di sana untuk memandu para pilot pesawat terbang dengan dua benderanya masing-masing untuk isyarat “Go” dan “Hold“.
Pada tahun berikutnya, 1930, menara yang dilengkapi radio didirikan di Bandara Cleveland Municipal yang kemudian diikuti oleh 20 bandara lainnya dalam rentang lima tahun.
Lalu di tahun 1935, sebuah konsorsium di Amerika Serikat mendirikan stasiun ATC pertama di Newark, New Jersey. Stasiun tersebut memantau pergerakan pesawat dengan bantuan peta dan papan tulis. Para petugas stasiun ATC juga tidak melakukan komunikasi radio langsung dengan pesawat, namun menggunakan telepon untuk tetap berhubungan dengan petugas operator maskapai penerbangan, operator radio saluran udara, dan pengontrol lalu lintas bandara. Orang-orang ini memberikan informasi kepada para petugas stasiun ATC dan juga menyampaikan instruksi mereka kepada pilot.
Kemudian pada tahun 1936, Biro Perniagaan Udara Amerika Serikat mendirikan tiga Air Route Traffic Control Center (ARTCC), yang mengarahkan pergerakan pesawat mulai dari keberangkatan dan pendaratan menyusul maraknya tabrakan (midair collision) di udara. Yang pertama didirikan di Newark dan kemudian diikuti dengan pembukaan dua ARTCC lain di Chicago dan Cleveland. Ketiganya adalah “pelopor” dari 22 ARTCC yang beroperasi saat ini di AS.
Era Radar
Tidak ada hal yang lebih revolusioner dalam bidang pengendalian lalu lintas udara selain radar. Dikembangkan oleh Inggris sebagai bagian dari pertahanan udara pada masa Perang Dunia II, dan kemudian diadopsi oleh Amerika Serikat untuk mengatasi permasalahan penerbangan sipil.
Pada tahun 1950, Badan Administrasi Penerbangan Sipil / Civil Aeronautics Administration Amerika Serikat (CAA) menerapkan sistem Airport Surveillance Radar (ASR-1) yang pertama.
Cara kerja radar tersebut adalah saat antena berputar, petugas pengontrol mengawasi layar radar tersebut untuk mencari “blip” yang menunjukkan posisi pesawat dalam sistem radar.
Kemudian, pada tahun 1952, CAA menetapkan prosedur radar departure control di Bandara Nasional Washington setelah bertahun-tahun memodifikasi teknologi perang.
Era Otomatisasi
Pada yang juga disebut Era Jet, otomatisasi teknologi radar menjadi bagian integral, terutama dengan adanya lonjakan pariwisata global, sehingga memerlukan pendekatan ATC yang lebih canggih. Sebagai ujung tombak transisi ini, Amerika Serikat pada tahun 1961 memprakarsai pengembangan sistem komprehensif yang memanfaatkan data dari radar darat dan udara. Menanggapi seruan untuk manajemen lalu lintas udara terkomputerisasi, FAA berkolaborasi dengan IBM, menghasilkan prototipe yang dikirim ke Air Route Traffic Control Center (ARTCC) Jacksonville pada tahun 1967.
NAS En Route Tahap A yang merupakan fase awal dari sistem tersebut, memperkenalkan Computer Update Equipment (CUE), yang memungkinkan visualisasi penerbangan secara tiga dimensi yang kemudian diterapkan secara luas di Amerika Serikat pada tahun 1973. Fase selanjutnya berfokus pada hal-hal rumit pemrosesan data radar, dengan komputer khusus menggunakan kode alfanumerik untuk mengidentifikasi detail penting seperti identitas dan ketinggian pesawat.
FAA menciptakan Automated Radar Terminal Systems III (ARTS III) untuk pengontrol di terminal bandara, dioperasikan di semua bandara tersibuk AS pada 15 Agustus 1975. Sebelas hari kemudian, FAA menyelesaikan fase dua dari NAS En Route Tahap A.
Menurut laporan 1973, biaya awal ARTS III sekitar $51,3 juta, naik menjadi $64,5 juta pada pertengahan 70-an karena beberapa perubahan sistem.
Setelah 50 tahun adopsi teknologi radar dan radio, pengendalian lalu lintas udara terus berkembang. Dari pengajuan rencana penerbangan hingga pemantauan pesawat melalui layar radar, ATC telah mengalami perkembangan yang tidak terbayangkan oleh seorang Archie W. League pada tahun 1929.
Airportman.id adalah sebuah platform media online. Apa yang membuat kami berbeda dengan platform lain adalah kami berfokus pada dunia bandar udara. Komitmen kami adalah untuk memberikan edukasi dan informasi tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan industri, teknologi, ekosistem maupun kegiatan di bandar udara. Airportman.id juga menjadi wadah untuk berdiskusi, menyampaikan uneg-uneg, pendapat, kritik, saran maupun gagasan yang membangun untuk memajukan dunia kebandarudaraan di Indonesia dan dunia.