Terminal 2 Bandara Mactan-Cebu: Resort Airport dengan Desain Kolom Lengkung Berbahan Kayu

Photo by Steve Lee via Archdaily

Airportman.id – Bandara Internasional Mactan-Cebu (CEB atau MCIA) terletak 15 kilometer di sebelah timur Kota Cebu, Pulau Cebu, Filipina dan merupakan bandara tersibuk kedua setelah Bandara Internasional Ninoy Aquino (MNL). Pada tahun 2019 sebelum pandemi melanda di seluruh dunia, MCIA melayani 11,5 juta pergerakan penumpang yang 35% diantaranya merupakan penumpang internasional. Tingginya jumlah pergerakan penumpang internasional ini disebabkan oleh banyaknya destinasi wisata di Kepulauan Cebu yang terletak di selatan Kepulauan Manila.

Destinasi wisata di Kepulauan Cebu diantaranya adalah wisata alam, wisata kultur, religi, dan sejarah. Wisata alam yang terkenal di Cebu adalah pantainya yang indah dan terbaik di Filipina. Belasan pantai dengan pasirnya yang putih dan airnya yang jernih telah dikunjungi lebih dari satu juta wisatawan mancanegara tiap tahunnya. Populernya destinasi wisata pantai di Kepulauan Cebu ini tidak terlepas dari penggunaan Bandara Mactan yang dahulu di tahun 1960-an digunakan sebagai pangkalan udara  militer Amerika Serikat, Mactan Air Base. Dari tentara Amerika yang bertugas disini informasi keindahan pantai-pantai di Kepulauan Cebu akhirnya tersebar keseluruh dunia.

Mactan Air Base menjadi salah satu pangkalan militer utama Amerika Serikat dalam Perang Vietnam pada tahun 1955-1975 selain di Clark dan Subic, Filipina. Amerika menempatkan armada pesawat pengebom strategisnya seperti Boeing B-52 Stratofortress atau pesawat angkut berat seperti C-130 Hercules disini ketika pangkalan lainnya mengalami over load. Untuk mengakomodasi pergerakan take-off/landing armada pembomnya, Amerika membangun landas pacu sepanjang 3.300 meter pada tahun 1956. Setelah perang usai pangkalan udara ini diserahkan pada Angkatan Udara Filipina dan digunakan bersama untuk penerbangan pesawat komersial sipil.

Pada tahun 2015 MCIA memiliki belasan aircraft stand untuk mengakomodasi berbagai jenis pesawat mulai dari pesawat propeller hingga pesawat wide body seperti Airbus A330-400 dan terminal penumpang ( yang kemudian disebut Terminal 1) dengan kapasitas maksimal hingga 4,5 juta penumpang per tahun.

Ketika mencapai kapasitas maksimalnya saat itu, Pemerintah Filipina berncana mengembangkan kapasitas MCIA menjadi 15,8 juta penumpang per tahun di tahap satu dan 28,3 juta penumpang di tahap berikutnya. Dari rencana ini kemudian dilakukan perencanaan pembangunan terminal 2, renovasi Terminal 1, perluasan parkir kendaraan dan pekerjaan fisik lainnya untuk meningkatkan kapasitas bandara ke tahap 1. Di tahap kedua direncanakan akan dibangun landas pacu kedua dengan cara reklamasi di area pantai bandara. Pada awal tahun 2016 pembangunan Terminal 2 dimulai dan selesai dua tahun kemudian. Pengoperasian perdana Terminal 2 langsung diresmikan oleh Presiden Filipina, Rodrigo Duterte.

Perencanaan desain Terminal 2 mengusung konsep utama sebagai resort airport. Pemilihan ini bertujuan salah satunya untuk mendukung pengembangan pariwisata di kepulauan Cebu dan kepulauan sekitarnya. Konsultan perencana terminal 2, Integrated Design Associated dari Hong Kong, mengambil konsep bentuk atap gelombang dengan penggunaan material struktur kayu yang dianggap mewakili image sebuah kawasan wisata. Atap gelombang mewakili metafora dari gelombang pantai di Cebu island dan penggunaan material kayu untuk memperkuat visualisasi dari konsep utama.

Atap gelombang metafora dari ombak pantai di Kepulauan Cebu. (Foto oleh John Nye via Archdaily)

Terminal 2 memiliki luas 65.500 m2 yang terbagi ke dalam tiga level lantai. Lantai dasar digunakan sebagai baggage make up-break down area, GSE office, baggage reclaim area, dan kerb kedatangan. Lantai satu untuk koridor kedatangan dan area utilitas (BHS atau AHU). Lantai dua digunakan untuk check-in area, security check point, area komersial dan boarding gate yang dilengkapi dengan enam garbarata/aviobridge.

Yang menarik dari flow penumpang keberangkatan adalah ketika akan boarding memasuki pesawat, penumpang yang berada boarding gate lantai dua perlu turun dengan eskalator ke lantai satu sebelum memasuki aviobridge. Pada umumnya desain boarding gate untuk keberangkatan sejajar dengan aviobridge.

Area ruang tunggu penumpang yang berada di lantai dua tidak berada pada satu level atau sejajar dengan Aviobridge di lantai satu. (Foto oleh John Nye via Archdaily)

Kolom lengkung berbahan kayu di lantai dua memiliki bentang hingga 30 meter. Model struktur seperti ini dikenal dengan istilah struktur lengkung kayu laminasi (Structural Laminated Timber Arch). Laminasi kayu ini diperkuat dengan baut atau paku diantara laminasinya. Struktur jenis ini memiliki banyak keuntungan seperti kemampuannya untuk diproduksi menjadi beragam bentuk dari balok lurus ke lengkungan yang anggun.

Mulai digunakan sejak tahun 1934 di Amerika Serikat untuk struktur gedung olahraga di sekolah Peshtigo, Wisconsin. Sejak saat itu penggunaannya meluas untuk beragam fungsi seperti gereja, sekolah, jembatan manusia hingga hangar pesawat. Dengan perawatan yang baik struktur lengkung ini dapat bertahan hingga puluhan tahun layaknya struktur beton atau baja. Pada umumnya lengkungan kayu ini dibagi menjadi enam model yaitu radial, tudor, gothic, three centered, A-frame, dan parabolik. Model tudor dapat digunakan untuk bentang 120 kaki dan model radial dapat digunakan untuk bentang hingga 250 kaki atau 75 meter. Sedangkan untuk Terminal 2 MCIA termasuk dalam model radial.

Perpaduan yang harmonis antara material kayu, kaca dan metal pada fasade Terminal 2. (Foto oleh John Nye via Archdaily)

Dengan bentuk kolom melengkung setengah lingkaran yang memberikan kesan megah ditambah dengan ekspresi material kayu yang ramah, natural dan hangat seperti suasana villa di resort, telah memberikan kesan kuat pada bandara ini sebagai resort airport dan sebagai the Gateway of Philippine.

Fasade terminal dari sisi landside, disediakan selasar yang menghubungkan area check-in dengan area curbside keberangkatan. (Foto oleh John Nye via Archdaily)
Ridwan Harry

Ridwan Harry

Bagikan artikel ini di media sosial Anda:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDIndonesian